Kamis, 07 Juli 2022

Qs. Saba, ayat 18-19

Bismillahirrahmanirrahim
بسم الله الرحمن الرحيم


*Tafsir QsSaba, ayat 18-19*


*{وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ (18) فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (19) }*
*Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami.” dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur­ hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.*

Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan apa yang diperoleh mereka berupa kenikmatan, kemewahan hidup, kesenangan, negeri yang makmur, tempat-tempat yang aman, dan kota-kota yang saling berdekatan satu sama lainnya yang dipenuhi oleh pepohonan, tanam-tanaman, dan hasil buah-buahan yang melimpah ruah. Sehingga orang yang mengadakan perjalanan di antara mereka tidak perlu membawa bekal makanan dan air minum, bahkan di mana pun ia turun istirahat pasti ia menjumpai air dan buah-buahan. Ia dapat pula beristirahat siang hari di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya menurut kondisi dan keadaan yang diperlukan dalam perjalanan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:

*{وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا}*
*Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya. (Saba: 18)*

Wahb ibnu Munabbih mengatakan, yang dimaksud adalah kampung-kampung yang ada di San'a; hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Malik. Mujahid, Al-Hasan, Sa'id ibnu Jubair, Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, dari Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya, bahwa yang dimaksud adalah kota-kota yang ada di negeri Syam. Dengan kata lain, mereka berjalan dari Yaman menuju ke negeri Syam melalui banyak kota yang satu sama lainnya berdekatan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa negeri-negeri yang Kami berkati adalah Baitul Maqdis. Al-Aufi mengatakan pula bahwa makna yang dimaksud adalah kota-kota Arab yang ada di antara Madinah dan negeri Syam.

*{قُرًى ظَاهِرَةً}*
*beberapa negeri yang berdekatan  (Saba: 18)*

Yakni jelas dan gamblang dikenal oleh semua musafir; mereka dapat beristirahat siang di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

*{وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ}*
*dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. (Saba: 18)*

Artinya, Kami menjadikan letak kota-kota tersebut sesuai dengan jarak tempuh yang diperlukan oleh orang-orang musafir, antara yang satu dengan yang lainnya.

*{سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ}*
*Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. (Saba: 18)*

Yakni dalam waktu kapan pun, baik siang maupun malam, perjalanan mereka akan aman.
Bersambung

Tafsir Ibnu Katsir
والله اعلم

Tafsir Saba' ayat 16

Bismillahirrahmanirrahim
بسم الله الرحمن الرحيم

*Lanjutan Tafsir Saba' ayat 16*


Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
*{وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ}*
*dan sedikit dari pohon sidr.  (Saba: 16)*

Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Demikian nasib kedua kebun yang indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah dipandang mata, rimbun, dan airnya mengalir; kemudian diganti dengan pohon arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya. Demikian itu karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara yang hak, lalu memilih jalan yang batil. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

*{ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ}**
*Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba: 17)*

Yakni Kami hukum mereka disebabkan kekafiran mereka. Mujahid mengatakan bahwa tidaklah disiksa melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Mahabenar Allah Yang Mahabesar, tidaklah Dia menghukum dengan hukuman yang setimpal kecuali hanyalah orang-orang yang sangat kafir. Tawus mengatakan, tidaklah diberi pelajaran kecuali hanya orang-orang yang sangat kafir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Umar ibnun Nahas Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abul Baida, dari Hisyam ibnu Saleh At-Taglabi, dari Ibnu Khairah (salah seorang pengikut sahabat Ali Radhiyallahu Anhu) yang mengatakan bahwa balasan bagi pendurhaka ialah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, dan sulit mendapat kesenangan. Ketika ditanyakan kepadanya tentang makna yang dimaksud 'sulit mendapat kesenangan', Ibnu Khairah menjawab, "Tidaklah ia menjumpai kesenangan yang halal melainkan datang orang lain yang merebutnya dari tangannya.


Tafsir Ibnu Katsir
والله اعلم

Minggu, 03 Juli 2022

Tafsir Saba' ayat 15-17

Bismillahirrahmanirrahim
بسم الله الرحمن الرحيم

Lanjutan Tafsir Saba' ayat 15-17


Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
*{فَأَعْرَضُوا}*
Tetapi mereka berpaling. (Saba: 16)*
Yakni dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Sebaliknya mereka menyembah matahari, bukannya menyembah Allah. Sebagaimana yang dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman 'alaihissalam Hal ini menceritakan oleh firman-Nya:

*{وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ. إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ. وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ}*
*dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk (An-Naml: 22-24)*

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. telah mengirimkan kepada mereka tiga belas orang nabi sebagai utusan-utusan Allah.

As-Saddi mengatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala Telah mengutus kepada mereka dua belas ribu orang nabi; hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.

************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
*{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ}*
maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar (Saba: 16)*
Yang dimaksud dengan al-arim ialah air, menurut pendapat lain adalah lembah. Menurut pendapat yang lainnya hama tikus, dan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah air bah. Dengan demikian, berarti penamaan Sailul 'Arim ini termasuk ke dalam Bab "Idafatul Ismi Ila Sifatihi" (Menyandarkan Nama Kepada Sifatnya), seperti Masjid Jami' dan Sa'id Kurz. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh As-Suhaili.

Ibnu Abbas, Wahb ibnu Munabbih, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah menyebutkan bahwa ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala hendak menghukum mereka dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka terlebih dahulu Allah mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke bendungan mereka, lalu tikus-tikus itu menggerogotinya.

Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka menjumpai dalam kitab-kitab mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya bendungan tersebut adalah karena ulah tikus. Dalam suatu periode mereka (orang-orang Saba) menjaga bendungannya dengan kucing-kucing liar, tetapi setelah takdir tiba tikus-tikus itu dapat mengalahkan kucing-kucing penjaga bendungan tersebut. Akhirnya tikus-tikus itu masuk ke daerah bendungan dan melubanginya sehingga bendungan mereka ambruk dan banjir menimpa mereka.

Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi fondasi bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari lembah dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut, hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

*{وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ}*
*dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit. (Saba: 16)*

Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi, yang dimaksud adalah pohon arok dan rerumputan yang berduri.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, " أَثْل", menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan pohon tarfa, dan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan pohon samur, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Bersambung
Tafsir Ibnu Katsir
والله اعلم
.
#copast WAG ustadzah Ista'ti#